Shalat berjamaah menjadikan seorang muslim memperhatikan masalah lurusnya shaf-shaf. Dan itulah yang memang dianjurkan oleh Nabi shallallahu 'alahi wasallam. Karena itu, mereka akan shalat dalam suatu shaf (yang lurus) atau mengisi tempat kosong (dalam shaf). Dan yang demikian itu mendatangkan keutamaan yang agung dan pahala yang besar dari Allah subhanahu wata'aala.
Aisyah radhiyallahu 'anha meriwayatkan, Rasulullah shallallahu 'alahi wasallam bersabda,
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ الَّذِيْنَ يَصِلُوْنَ الصُّفُوْفَ
“Sesungguhnya Allah dan para malaikatNya bershalawat atas orang-orang yang menghubungkan shaf.” (Shahihut Targib wat Tarhib no.501)
Dan Nabi shallallahu 'alahi wasallam bersabda,
مَنْ سَدَّ فُرْجَةً رَفَعَهُ اللهُ بِهَا دَرَجَةً وَبَنىَ لَهُ بَيْتًا فيِ اْلجَنَّةِ “Siapa yang mengisi tempat kosong (dalam shaf), niscaya dengannya Allah mengangkat (untuknya) satu derajat dan membangunkan baginya satu rumah di Surga.” (Shahihut Targib wat Tarhib no.505.
Berdiri pada shaf-shaf untuk menyelenggarakan shalat berjamaah adalah salah satu sebab adanya shalawat Allah dan para malaikat yang mulia terhadap mereka yang shalat, utamanya mereka yang berada pada shaf-shaf terdepan.
Rasulullah shallallahu 'alahi wasallam bersabda,
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ الصُّفُوْفِ اْلمُقَدَّمَةِ. وَفيِ رِوَايَةٍ: عَلىَ الصَّفِّ اْلأَوَّلِ. وَفيِ رِوَايَةٍ: عَلىَ الصُّفُوْفِ اْلأُوَلِ
“Sesungguhnya Allah dan para malaikatNya bershalawat atas orang-orang yang shalat (berjamaah yang terdapat) pada shaf-shaf terdepan. Dalam riwayat lain, (yang terdapat) pada shaf pertama. Dalam riwayat lain pula (disebutkan), (yang terdapat) pada shaf-shaf awal.” (Shahihul Jami’ no.1842)
Para ulama berkata, (maksud dari) para malaikat bershalawat atas (orang-orang yang berdiri) pada shaf-shaf yaitu mereka memintakan ampun untuk mereka.
Manfaat shalat berjamaah yang lain yaitu ia bisa mendatangkan perasaan tengah berdiri dalam barisan jihad, sebagaimana firman Allah,
إِنَّ الله يُحِبُّ الذين يقاتلون فِى سَبِيلِهِ صَفّاً كَأَنَّهُم بنيان مَّرْصُوصٌ
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalanNya dalam barisan yang teratur.” (Ash-Shaff: 4).
Dan tak diragukan lagi, mereka yang telah menjadi satu barisan dalam jihad bila sudah terbiasa dengan shalat lima waktu, ia akan menjadi sarana bagi ketaatan kepada komandan mereka dalam barisan jihad. Mereka tidak akan mendahului atau mengakhirkan komando-komando pemimpinnya.
Shalat berjamaah bisa menjaga seorang muslim dari meremehkan, melalaikan dan melupakan shalat. Juga menjaganya dari melakukan shalat di akhir waktu. Bahkan kebanyakan mereka yang meninggalkan shalat, pada awalnya adalah mereka meninggalkan shalat berjamaah. Karena itu, di antara rahmat Allah kepada kita, Dia mensyariatkan shalat lima waktu secara berjamaah.
Allah subhanahu wata'aala mengancam orang-orang yang melalaikan shalat dan mengakhirkannya dari waktunya dengan firmanNya,
فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ . الذين هُمْ عَن صَلاتِهِمْ سَاهُونَ
“Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.” (Al-Ma'un: 4-5).
Dengan shalat berjamaah berarti seseorang selamat dari doa Nabi shallallahu 'alahi wasallam atas orang-orang yang meninggalkannya agar hati mereka dikunci mati, demikian pula dengan melaksanakan shalat berjamaah, berarti selamat dari kelalaian.
Ibnu Majah meriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma bahwa keduanya mendengar Nabi shallallahu 'alahi wasallam bersabda,
لَيَنْتَهِيَنَّ أَقْوَامٌ عَنْ وَدْعِهِمُ اْلجَمَاعَاتِ أَوْ لَيَخْتِمَنَّ اللهُ عَلىَ قُلُوْبِهِمْ ثُمَّ لَيَكُوْنَنَّ مِنَ اْلغَافِلِيْنَ
“Sungguh beberapa kaum benar-benar akan menghentikan (kebiasaannya) meninggalkan shalat berjamaah atau Allah benar-benar akan mengunci mati hati mereka lalu mereka benar-benar termasuk orang-orang yang lalai.” (Shahih Sunan Ibnu Majah no.646)
Di antara maksud Islam yang agung yaitu menyatukan antara hati kaum mukminin serta menjaga kasih sayang dan persamaan antara mereka. Dengan shalat berjamaah, semua hal tersebut terealisir, yakni ketika orang-orang yang sedang berdiri dalam satu shaf yang kokoh dan lurus, tidak ada perbedaan di antara mereka.
Nabi shallallahu 'alahi wasallam menganjurkan agar kita meluruskan shaf dan tidak berselisih (bengkok dan berpencar), seraya menjelaskan bahwa yang demikian itu adalah sebab-sebab bagi bersatunya segenap hati.
Dalam sebuah riwayat disebutkan,
وَلاَ تَخْتَلِفُوْا فَتَخْتَلِفَ قُلُوْبُكُمْ
“Dan janganlah kalian berselisih (bengkok dalam shaf), karena hal itu akan mengakibatkan berselisihnya hati.” (Shahihul Jami’ no.961)
0 comments:
Post a Comment