Friday, April 9, 2010

Lima Bulan Menjelang Pernikahan, Membawanya ke Islam


Lima bulan sebelum hari pernikahannya, Karen Meek terkejut mendengar pengakuan Eric, tunangannya. Eric mengatakan bahawa ia sudah menjadi seorang Muslim. Pengakuan itu bagai petir di siang hari buat Karen yang seperti warga Rusia lain, tidak menganut agama apapun atau lebih dikenali sebagai ateis.

"Saya fikir dia (Eric) sudah mengalami cuci otak. Tiba-tiba saja ia berhenti minum minuman beralkohol. Ia sembahyang lima waktu sehari dan tidak mahu lagi makan daging babi," cerita Karen tentang perubahan perilaku tunangannya.

Eric yang dahulunya penganut Kristian Baptis, tapi kemudian menjadi seorang atheis, selama berbulan-bulan mempelajari Islam tanpa memberitahu Karen, hingga akhirnya ia memutuskan menjadi seorang Muslim.

Meskipun terkejut, Karen tetap ingin meneruskan rancangan pernikahannya dengan Eric. Karen lalu mencari pelbagai rujukan, bermula dari buku sampai video tentang Islam, untuk memahami agama baru yang dianut calon suaminya. Tapi ia sama sekali tidak berharap akan masuk Islam.

"Saya membesar dengan fikiran bahawa agama adalah sesuatu yang bodoh. Saya tidak percaya adanya Tuhan. Saya tidak memikirkan bagaimana dunia ini dicipta, dan terus terang, saya tidak peduli," ujar Karen.

Namun Karen mengakui bahawa agama Islam memberikan penjelasan paling logik tentang Tuhan dan kejadian alam semesta dan sukar bagi Karen membantahnya.

Karen akhirnya berkahwin dengan Eric. Ia masih terus mempelajari Islam dan untuk pertamakalinya ia cuba menunaikan sembahyang, saat suaminya bekerja di pejabat. Ia belajar sembahyang sendiri dari sebuah buku.

"Sampai pada titik ini, saya melakukan segala sesuatunya dengan diam-diam. Saya tidak cerita pada Eric. Saya tidak mahu memeluk agama hanya kerana suami saya memeluk sebuah agama. Saya ingin mencari jalan saya sendiri," ungkap Karen.

"Kerana berlatar belakang atheis, saya lebih mudah menerima Islam berbanding seorang Kristian, kerana dalam hal ini saya tidak perlu melepas agama apapun," sambungnya.

Karen dan suaminya mulai sering melakukan pertemuan dengan komuniti Muslim untuk belajar Al-Quran. Hingga akhirnya, Karen membulatkan tekad untuk mengikuti jejak suaminya memeluk agama Islam. Karen pun mengucapkan dua kalimah syahadah dan rasmi menjadi seorang muslimah.

Tapi pilihan Karen membuat orang tuanya kaget. "Suatu hari, ia datang dengan mengenakan gaun panjang dan jilbab. Saya terkejut dibuatnya," kata ayah Karen, Ray Alfred.

Alfred mengaku merasa asing melihat anak perempuannya ketika itu dan dia merasa khuatir dengan keselamatan Karen saat terjadi serangan 11 September 2001 di AS.

"Anda ingin mencintai anak anda, tapi ketika mereka melakukan sesuatu yang asing bagi anda. Hal ini sangat sulit," ujar Alfred, "Saya akan memberikan apa saja asalkan ia tidak memeluk agama itu (Islam)."

Ibu Karen mengungkapkan komentar serupa, yang terus terang mengatakan bahawa dia tidak suka dengan tudung yang digunakan puterinya. "Karen adalah seorang gadis cantik dengan rambut yang indah," kata Jane Barret.

Karen memahami kerisauan kedua orang tuanya setelah mendengar dia sudah menjadi seorang muslimah dan mengenakan busana muslim. Keren sendiri mengaku dia mengambil masa berbulan-bulan sebelum dia memutuskan untuk berjilbab.

"Saya hanya memakai tudung jika pergi ke tempat-tempat yang saya rasa tidak akan ada orang yang mengenal saya," ujar Karen sambil tertawa.

Tapi sekarang, Karen selalu mengenakan jilbab kemanapun dia pergi, termasuk ke tempat kerjanya di mana dia bekerja sebagai kakitangan akauntan di sebuah rangkaian restoran.

Karen berkata, memeluk Islam telah membuatnya melihat kehidupan dengan cara pandang yang baru. "Dari seorang yang tidak percaya Tuhan menjadi orang yang percaya Tuhan, rasanya sungguh luar biasa. Islam membuka mata saya terhadap banyak hal yang selama ini saya abaikan. Terutama, bahawa kehidupan adalah sebuah kurnia," kata Karen menutup kisahnya.

No comments:

Post a Comment